Selayang Pandang
GEOGRAFI
Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 50 20’ sampai dengan 50 30’ lintang selatan dan 1050 28’ sampai dengan 1050 37’
bujur timur. Letak tersebut berada pada Teluk Lampung di ujung selatan
pulau Sumatera. Berdasarkan kondisi ini, Kota Bandar Lampung menjadi
pintu gerbang utama pulau Sumatera tepatnya kurang lebih 165 km sebelah
barat laut Jakarta dan memiliki peran sangat penting selain dalam
kedudukannya sebagai ibu kota Provinsi Lampung juga merupakan pusat
pendidikan, kebudayaan dan perekonomian bagi masyarakat. Secara
administratif batas daerah Kota Bandar Lampung adalah:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Ketibung serta Teluk Lampung.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.
Selain daripada itu, Kota Bandar Lampung memiliki andil yang sangat
vital dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian
logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya serta memiliki
Pelabuhan Panjang untuk kegiatan ekspor impor dan Pelabuhan Srengsem
yang melayani distribusi batubara dari Sumatera ke Jawa , sehingga
secara langsung Kota Bandar Lampung berkontribusi dalam mendukung
pergerakan ekonomi nasional. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah
197,22 km² yang terbagi ke dalam 13 Kecamatan dan 98 Kelurahan dengan
populasi penduduk 879.651 jiwa (berdasarkan sensus 2010), kepadatan
penduduk sekitar 8.142 jiwa/km² dan diproyeksikan pertumbuhan penduduk
mencapai 1,8 juta jiwa pada tahun 2030.
TOPOGRAFI
Topografi
Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai sampai
kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0
sampai 500 m daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung
membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung
Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok
disebelah Timur. Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung
adalah sebagai berikut :
- Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau di bagian Selatan
- Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di bagian Utara
- Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara
- Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di bagian Timur.
Dilihat
dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan Rajabasa merupakan
wilayah dengan ketinggian paling tinggi dibandingkan dengan
kecamatan-kecamatan lainnya yaitu berada pada ketinggian maksimum 700
mdpl. Sedangkan Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang
memiliki ketinggian masing-masing hanya sekitar 2 – 5 mdpl atau
kecamatan dengan ketinggian paling rendah/minimum dari seluruh wilayah
di Kota Bandar Lampung.
HIDROLOGI
Dilihat
secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar
yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil. Semua
sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam
wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk
Lampung. Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota Bandar
Lampung dapat dibagi dalam beberapa bagian berdasarkan pourusitas dan permaebilitas yaitu:
- Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk Betung Selatan, dan Teluk Betung Barat.
- Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton, Tanjung Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan Kemiling, bagian selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Sukabumi.
- Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di bagian utara Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.
- Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur.
- Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara Kecamatan Panjang, Tanjung Karang Timur, dan bagian barat Kecamatan Teluk Betung Selatan.
- Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.
Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung terbagi ke dalam 6 wilayah, sebagai berikut :
ZONA
|
KATEGORI RESAPAN
|
WILAYAH
|
I
|
Recharge Area
|
Kemiling dan Teluk Betung Barat
|
II
|
Area Penyangga
|
Kecamatan
Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Timur, Panjang, Tanjung Karang
Pusat, Teluk Betung Utara, dan Teluk Betung Selatan.
|
III
|
Resapan Rendah
|
Kedaton, Sukarame, Tanjung Karang Barat
|
IV
|
Resapan Sedang
|
Tanjung Karang Pusat, Sukabumi, Tanjung Karang Timur
|
V
|
Resapan Tinggi
|
Sukabumi dan Sukarame
|
VI
|
Kawasan Dipengaruhi Air Laut
|
Pesisir Teluk Lampung, Teluk Betung Selatan, Panjang, Teluk Betung Barat
|
Sumber: Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Bandar Lampung, 2010
POTENSI KOTA BANDAR LAMPUNG
A. Kota Yang Prospektif
Kota
Bandar Lampung memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi kota
besar dalam skala regional, nasional, bahkan internasional. Potensi
kota Bandar Lampung yang mendukung antara lain adalah
(1) Lokasi geografis yang sangat strategis,
(2) Kedudukan yang dituju dalam kebijaksanaan tingkat nasional dan regional,
(3) Pemandangan alam yang indah yang dapat dimanfaatkan untuk menarik wisatawan,
(4) Keanekaragaman suku bangsa (multi ethnic), dan
(5) Dukungan wilayah sekitarnya (hinterland) yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan kota Bandar Lampung.
Berbagai potensi yang dimiliki Bandar Lampung serta hinterland-nya,
yang sebagian telah diakomodasikan dalam kebijaksanaan dan rencana baik
lingkup nasional, regional maupun lokal, menggambarkan masa depan kota
Bandar Lampung yang prospektif.
Antisipasi
yang bersifat proaktif menjadi kebutuhan utama dalam mendorong dan
mengendalikan perkembangan kota Bandar Lampung, di mana tidak lagi
memadai apabila dalam menyongsong tahun 2015 semata mengandalkan
kecenderungan perkembangan kota Bandar Lampung secara berdiri sendiri
sehingga perlu didorong menuju kondisi yang kompetitif, baik pada skala
internasional, nasional, maupun regional.
Posisi
geografis mengantar Bandar Lampung untuk meraih peluang menjadi salah
satu pusat pertumbuhan yang berperan dalam sistem ekonomi regional
IMS-GT maupun menjadi bagian dari koridor kegiatan ekonomi Indonesia
yang terbesar, yaitu Sumatera Selatan – Lampung – Banten – Jabotabek.
Dalam konstelasi ruang perekonomian tersebut, Bandar Lampung berpeluang
mengisi fungsi-fungsi ekonomi secara selektif dan kompetitif, terutama
dalam sistem pusat-pusat pertumbuhan yang ada.
Peningkatan
akses yang strategis bagi aliran barang adalah melalui pengembangan
Pelabuhan Panjang. Pelabuhan ini yang diharapkan menjadi pelabuhan
ekspor-impor terbesar di Sumatera bagian Selatan harus memanfaatkan
peluang dari limpahan daya tampung Tanjung Priok, bahkan menciptakan
pelayanan yang bersaing dengan Pelabuhan Bojonegara dan Palembang hingga
menjadi alternatif pilihan bagi aliran barang ke dan dari negara lain.
Dalam
sektor ekonomi, kota Bandar Lampung memiliki peluang yang besar untuk
memantapkan diri menjadi pusat perdagangan dan jasa pada skala Sumatera
bagian Selatan.
Sejalan
dengan aktifitas ekspor-impor dan perdagangan antar-pulau, Bandar
Lampung memiliki peluang untuk menjadi pusat perdagangan hasil pertanian
dan industri dari Sumatera bagian Selatan maupun yang didatangkan dari
daerah luar. Hinterland Bandar Lampung pada waktu ini telah
berperan sebagai pemasok hasil perkebunan, peternakan dan perikanan yang
diunggulkan, terutama komoditi gula, kopi, lada, kelapa, daging segar
dan udang.
Juga
terlihat kecenderungan tumbuhnya kegiatan agroindustri menuju sentra
agroindustri andalan di pulau Sumatera. Hal ini memberikan peluang bagi
Bandar Lampung untuk menyediakan fasilitas perdagangan dan jasa bisnis
seperti perbankan, perkantoran, dan sebagainya.
Sektor
lainnya yang prospektif bagi Bandar Lampung adalah pariwisata, baik
dalam rangka menunjang pembangunan pariwisata di Sumatera bagian Selatan
maupun mendayagunakan potensi keindahan alam Bandar Lampung.
Pengembangan
obyek wisata pantai dan laut serta perbukitan dalam kota Bandar Lampung
menciptakan daya tarik bagi wisatawan mancanegara maupun nusantara.
Kelengkapan yang dapat dipersiapkan oleh Bandar Lampung adalah
penyediaan prasarana dan jasa pariwisata seperti perhotelan, agen
perjalanan, perbankan, dan infrastruktur pendukung lainnya.
Berbagai
peluang perkembangan yang prospektif juga membawa prasyarat agar
kehidupan kota yang diharapkan dapat tercapai. Pertama adalah
restrukturisasi trend perkembangan fisik dan kedua adalah penciptaan
iklim yang kondusif bagi perkembangan kota Bandar Lampung.
Selain
penyediaan prasarana dan sarana pendukung kegiatan ekonomi; penyiapan
kebijaksanaan, peraturan, dan program pembangunan menuju pemantapan
Bandar Lampung dalam memanfaatkan peluang ekonomi yang ada; perlu
disiapkan pula sumber daya manusia yang menunjang perkembangan ekonomi
tersebut.
B. Pusat Pertumbuhan
Sebagai
pusat kegiatan Provinsi Lampung, sekitar 12,4% penduduk Provinsi
Lampung berada di kota Bandar Lampung. Berbagai pelayanan bagi wilayah
yang lebih luas disediakan oleh Kota Bandar Lampung, baik di bidang
pemerintahan, niaga, jasa keuangan, pendidikan, dan sebagainya. Peran
sebagai pusat pertumbuhan ditunjang oleh rencana peningkatan
aksesibilitas dari dan ke Kota Bandar Lampung.
Dalam
mewujudkan tercapainya mekanisme sistem pusat pertumbuhan di Provinsi
Lampung, telah terdapat tiga jalur lintas Sumatera, yaitu :
- Jalur Tengah, mulai Pelabuhan Bakauheni – Bandar Lampung – Kotabumi dan selanjutnya ke Muara Enim.
- Rencana Jalur Lintas Barat, mulai dari Bandar Lampung – Kota Agung – Liwa dan selanjutnya ke Provinsi Bengkulu.
- Rencana Jalur Lintas Timur, mulai Pelabuhan Bakauheni – Menggala – Kayu Agung dan seterusnya hingga ke Palembang.
Kesemuanya melintasi Bandar Lampung. Di samping itu, Bandar Lampung siap berfungsi sebagai transhipment point dari
berbagai moda angkutan. Hal ini didukung oleh berbagai rencana
pengembangan dalam sistem transportasi regional. Rencana pembangunan
Jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera akan
memperlancar aliran pergerakan penumpang dan barang antar pulau Jawa dan
Sumatera.
Pelabuhan
Panjang melengkapi sistem angkutan antar-moda bagi seluruh Provinsi
Lampung dan Sumatera bagian Selatan. Gagasan jaringan kereta api Trans
Sumatera menjadi salah satu alternatif sarana pergerakan antar-moda.
Adanya rencana pembangunan jaringan jalan tol ke arah Palembang juga
akan turut mendukung kelancaran aksesibilitas tersebut.
Kecenderungan
perkembangan menunjukkan proses relokasi kegiatan ekonomi dari Pulau
Jawa bagian Barat ke Lampung. Bahkan untuk beberapa sektor ditetapkan
kebijaksanaan menjadikan Lampung sebagai basis produksi nasional. Hal
ini menjadikan Bandar Lampung potensial sebagai pusat distribusi barang
dan jasa untuk wilayah Sumatera bagian Selatan.
C. Pusat Koleksi Dan Distribusi
Dengan
lokasi yang strategis secara geografis, ketersediaan akses yang
memadai, dan jalur transportasi yang mendukung serta kelengkapan
fasilitas penunjangnya, menjadikan kota Bandar Lampung potensial sebagai
pusat koleksi dan distribusi berbagai barang dan jasa.
Perkembangan
sektor ekonomi, khususnya pertanian di wilayah Provinsi Lampung maupun
Sumatera bagian Selatan, mendorong fungsi Bandar Lampung sebagai pusat
koleksi dan distribusi berbagai komoditi yang dihasilkan oleh wilayah
belakangnya.
Fungsi
sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai komoditi yang dihasilkan
oleh Sumatera bagia Selatan dilangsungkan oleh rencana pengembangan
jaringan jalan told an kereta api, jaringan jalan Trans Sumatera, serta
rencana pengembangan Pelabuhan Panjang.
Kelengkapan
fasilitas yang tersedia di kota Bandar Lampung juga mendukungnya
sebagai pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa pada berbagai skala
pelayanan.
D. Aksesbilitas yang Semakin Baik
Kecenderungan
pergerakan Pulau Jawa-Sumatera yang memberikan indikasi peranan penting
kegiatan sosial dan ekonomi keduanya menempatkan Provinsi Lampung pada
posisi sentral. Sejak tahun 1996, jumlah arus lalu lintas antara Pulau
Jawa dan Sumatera melalui pelabuhan Merak-Bakauheni menunjukkan
pertumbuhan yang terus meningkat.
Kota
Bandar Lampung sebagai pusat pertumbuhan akan memperoleh pengaruh yang
signifikan dari pergerakan tersebut melalui kemungkinan peningkatan
investasi di sektor regional, nasional, dan internasional. Bandar
Lampung akan menjadi salah satu alternatif pilihan setelah Jakarta,
Banten dan Jawa Barat.
Untuk
menampung peningkatan arus pergerakan dan mengatasi persoalan lalu
lintas yang selama ini ada, pemerintah telah merencanakan membangun
jembatan Selat Sunda untuk menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera.
Mega-proyek
ini sangat prospektif karena pertumbuhan aliran penumpang dan barang
antar kedua pulau tersebut sangat tinggi, selama hamper satu dekade
meningkat hingga 100%. Rencana pembangunan jembatan ini akan memberikan
dampak pada peningkatan aksesibilitas dan berlanjut pada peningkatan
aliran pergerakan orang dan barang antara Pulau Jawa dan Sumatera.
Pembangunan
jembatan Selat Sunda ini akan menggantikan peran transportasi laut yang
selama ini dilakukan oleh kapal penyeberangan melalui Pelabuhan
Merak-Bakauheni.
Jembatan
ini direncanakan memiliki panjang 60 km dan melintasi beberapa pulau
kecil di Selat Sunda, antara lain Pulau Panjurit, Pulau Rimau Balak,
Pulau Kandang Lunik, dan Pulau Sindu.
Walaupun
perspektif waktu pembangunan jembatan Selat Sunda berjangka panjang,
namun rencana jembatan tersebut menjadi faktor yang harus
dipertimbangkan dalam perkembangan Kota Bandar Lampung. Untuk mendukung
pergerakan antara Pulau Jawa dan Sumatera direncanakan pembangunan
prasarana transportasi darat mencakup jaringan jalan arteri primer,
jalan tol dan kereta api.
Jalan
tol direncanakan di bagian timur kota Bandar Lampung ke arah Palembang
sebagai kelanjutan jalur Jawa – Sumatera. Arteri primer sebagai bagian
Trans Sumatera dilengkapi jalur Lintas Barat dan Lintas Timur ke
Provinsi Bengkulu dan ke Sumatera Selatan.
Gagasan
pembangunan jalur kereta api Trans Sumatera hingga Sumatera Utara akan
berada pada sisi pantai Timur. Bandar Lampung sebagai salah satu pusat
jaringan pergerakan nasional melengkapi dirinya dengan pembangunan
Pelabuhan Panjang yang diarahkan sebagai pelabuhan ekspor-impor dan
antar-pulau. Kondisi fisik perairan pelabuhan memungkinkan pengembangan
sebagai gerbang internasional.
E. Pengembangan Transhipment Point Akibat Perkembangan Akses
Peran Bandar Lampung sebagai
pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa didukung oleh Pelabuhan
Panjang yang telah diminati oleh berbagai pihak untuk dikembangkan
sebagai pelabuhan antar Negara, terutama dalam konteks region Sumatera
bagian Selatan.
Peranan
yang dituju oleh pelabuhan ini adalah sebagai pelabuhan ekspor bagi
komoditi dan produk yang dihasilkan oleh Sumatera bagian Selatan.
Pilihan ini mempertimbangkan posisi strategis Pelabuhan Panjang sebagai
gerbang lintas dua kawasan ekonomi penting yaitu Sijori
(Singapura-Johor-Riau) dan pusat pasar nasional Jakarta dan Jawa Barat
bagian Barat, terutama dalam mengisi kerjasama ekonomi regional IMS-GT.
Untuk
mendukung peran Pelabuhan Panjang sebagai pintu gerbang ekspor-impor
bagi Sumatera bagian Selatan, perlu dibangun berbagai saran dan
prasarana penunjang, di antranya adalah pembangunan terminal peti kemas
dan curah yang kompetitif terhadap pelabuhan lainnya seperti Tanjung
Priok, Bojonegara, dan Palembang serta mendorong pertumbuhan investasi
di bidang jasa kargo.
Sejarah Bandar Lampung
A. Zaman Pra Kemerdekaan Indonesia
Wilayah Kota Bandar Lampung pada zaman kolonial Hindia Belanda termasuk wilayah Onder Afdeling Telokbetong yang dibentuk berdasarkan Staatsbalat 1912
Nomor : 462 yang terdiri dari Ibukota Telokbetong sendiri dan
daerah-daerah disekitarnya. Sebelum tahun 1912, Ibukota Telokbetong ini
meliputi juga Tanjungkarang yang terletak sekitar 5 km di sebelah utara
Kota Telokbetong (Encyclopedie Van Nedderland Indie, D.C.STIBBE bagian IV).
Ibukota Onder Afdeling Telokbetong adalah Tanjungkarang,
sementara Kota Telokbetong sendiri berkedudukan sebagai Ibukota
Keresidenan Lampung. Kedua kota tersebut tidak termasuk ke dalam Marga
Verband, melainkan berdiri sendiri dan dikepalai oleh seorang Asisten
Demang yang tunduk kepada Hoof Van Plaatsleyk Bestuur selaku Kepala Onder Afdeling Telokbetong.
Pada zaman pendudukan Jepang, kota Tanjungkarang-Telokbetong dijadikan Si (Kota) dibawah pimpinan seorang Sicho (bangsa Jepang) dan dibantu oleh seorang Fuku Sicho (bangsa Indonesia).
B. Zaman Pasca Kemerdekaan Indonesia
Sejak zaman Kemerdekaan Republik Indonesia, Kota Tanjungkarang dan
Kota Telokbetong menjadi bagian dari Kabupaten Lampung Selatan hingga
diterbitkannnya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yang memisahkan kedua
kota tersebut dari Kabupaten Lampung Selatan dan mulai diperkenalkan
dengan istilah penyebutan Kota Tanjungkarang-Telukbetung.
Pada perkembangannya selanjutnya, status Kota Tanjungkarang dan Kota
Telukbetung terus berubah dan mengalami beberapa kali perluasan hingga
pada tahun 1965 setelah Keresidenan Lampung dinaikkan statusnya menjadi
Provinsi Lampung (berdasarkan Undang-Undang Nomor : 18 tahun 1965), Kota
Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II
Tanjungkarang-Telukbetung dan sekaligus menjadi ibukota Provinsi
Lampung.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1983, Kotamadya
Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandar Lampung (Lembaran Negara tahun 1983 Nomor 30,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3254). Kemudian berdasarkan Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 43 tahun 1998 tentang perubahan tata naskah
dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II
se-Indonesia yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Walikota
Bandar Lampung nomor 17 tahun 1999 terjadi perubahan penyebutan nama
dari “Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung” menjadi “Pemerintah Kota Bandar Lampung” dan tetap dipergunakan hingga saat ini.
C. Hari Jadi Kota Bandar Lampung
Hari jadi kota Bandar Lampung ditetapkan berdasarkan sumber sejarah
yang berhasil dikumpulkan, -terdapat catatan bahwa berdasarkan laporan
dari Residen Banten William Craft kepada Gubernur Jenderal Cornelis yang
didasarkan pada keterangan Pangeran Aria Dipati Ningrat (Duta
Kesultanan) yang disampaikan kepadanya tanggal 17 Juni 1682 antara lain
berisikan: “Lampong Telokbetong di tepi laut adalah tempat kedudukan seorang Dipati Temenggung Nata Negara yang membawahi 3.000 orang” (Deghregistor yang
dibuat dan dipelihara oleh pimpinan VOC halaman 777 dst.)-, dan hasil
simposium Hari Jadi Kota Tanjungkarang-Telukbetung pada tanggal 18
November 1982 serta Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1983 tanggal 26
Februari 1983 ditetapkan bahwa hari Jadi Kota Bandar Lampung adalah
tanggal 17 Juni 1682.
D. Para Walikota Bandar Lampung
Sampai saat ini, tercatat sudah 11 orang putra terbaik Lampung
menjadi pemimpin di Kota Bandar Lampung, sebagaimana tabel berikut ini :
NO
|
NAMA
|
PERIODE
|
1.
|
SUMARSONO
|
1956 – 1957
|
2.
|
H. ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM
|
1957 – 1963
|
3.
|
ALIMUDIN UMAR, SH
|
1963 – 1969
|
4.
|
Drs. H.M. THABRANIE DAUD
|
1969 – 1976
|
5.
|
Drs. H. FAUZI SALEH
|
1976 – 1981
|
6.
|
Drs. ZULKARNAIN SUBING
|
1981 – 1986
|
7.
|
Drs. NURDIN MUHAYAT
|
1986 – 1991
|
8.
|
Drs. SUHARTO
|
1996 – 2005
|
9.
|
Drs. EDDY SUTRISNO, M.Pd.
|
2005 – 1010
|
10.
|
Drs. H. HERMAN HN, MM
|
2010 – Sekarang
|
Logo
Logo Kota Bandar Lampung bermakna membina persatuan dan kesatuan
dengan penuh kesetiaan untuk mempertahankan dasar Negara Pancasila guna
bersama-sama mewujudkan kota perdagangan dan jasa yang aman, nyaman,
sejahtera, makmur, berbudaya, religius dan maju untuk kesejahteraan,
kemakmuran dan kejayaan Kota Bandar Lampung. Logo Kota Bandar Lampung
berbentuk sebuah pita yang melingkar bersudut lima yang telah
dimodifikasi sehingga terdapat lekuk garis pada sisi dan sudutnya,
dibagian atas terdapat tulisan KOTA dan bagian bawah BANDAR LAMPUNG.
Pada bagian dalam Logo Daerah, terdapat perisai bersudut lima yang telah
dimodifikasi dengan membuat garis lengkung untuk menghubungkan antara
sudut dengan sudut lainnya yang didalamnya terdapat gambar :
- Payung Raja yang terdiri dari 3 susun secara bertingkat;
- Siger;
- Gung/Talo Balak;
- Jukung/Jung, Perahu khas Lampung dengan orang diatasnya dan terdapat tulisan RAGOM GAWI yang dilengkapi Aksara Lampung sebagai Moto Daerah;
- Setangkai Padi dan Kapas.
Logo Daerah tersusun atas bagian-bagian yang mempunyai makna sebagai berikut :
A. Pita yang melingkar bergaris tepi hitam dan berwarna kuning emas Memiliki makna persatuan, kebesaran dan kejayaan.
B. Perisai bersudut lima
Perisai bersudut lima dengan bagian atas berwarna putih, bagian bawah
berwarna biru dan berlandaskan warna hitam memiliki makna Kota Bandar
Lampung yang meliputi daratan dan lautan tegak berdiri diatas landasan
yang teguh dan kokoh dengan masyarakat berwawasan luas dan berpedoman
pada senggiri lampung yang telah mengakar yaitu, Pi’il Senggiri, Sakkai
Sambayan, Nengah Nyappur, Nemui Nyimah dan Bejuluk Beadek.
C. Payung Raja Tiga Tingkat Secara keseluruhan Payung Raja Tiga Tingkat bermakna
Kota Bandar Lampung memegang teguh tiga tatanan sebagai pedoman hidup
bermasyarakat yaitu hukum Agama, hukum Negara dan hukum Adat, tempat
semua masyarakat Kota Bandar Lampung berlindung, secara detail simbol
ini memiliki makna :
- Payung warna putih : sebagai simbol kepemimpinan/kepenyimbangan, kesucian jiwa, ketulusan dan keagungan, ketiganya telah terpateri dalam nilai-nilai keadatan suku Lampung
- Payung warna kuning : sebagai simbol berjiwa besar, berjiwa sosial berjiwa kemasyarakatan
- Payung warna merah : sebagai simbol sikap hidup dengan ketegasan berperilaku, berpikir dan bertindak dalam mengawal pi’il pesenggiri berpegang teguh pada tradisi dan hukum adat sebagai identitas orang Lampung
- Jumlah ruas payung : warna putih 8 buah, warna kuning 17 buah, warna merah 19 buah dan ruas payung agung seluruhnya 45 buah melambangkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (17-8-1945)
- Satu bulatan pada puncak payung : bermakna satu cita membangun Daerah, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Ridho Tuhan Yang Maha Esa.
D. Siger berwarna kuning emas
Merupakan simbol mahkota yang melambangkan kebesaran, kemewahan,
keagungan, berbudi pekerti dan berbudaya meskipun ditengah kota yang
beragam etnis suku dan agama. Siger ditandai pada bagian muka dan
belakang yang berlekuk beruji 9 buah. Ruji yang paling tengah merupakan
paling tinggi, sedangkan yang paling pinggir melengkeng seperti ujung
tanduk atau perahu. Lambang Siger ini menjadi simbolisasi sifat
feminism, yang bermakna Kota Bandar Lampung menjadi “IBU” bagi
masyarakatnya, yang mengayomi dan memakmurkan dengan kesuburan dan
berbagai potensi yang berada dalam kendungannya, serta ramah terhadap
setiap tamu serta para pendatang.
E. Gung/Talo Balak Merupakan
alat musik tradisional masyarakat Lampung berwarna emas melambangkan
kebesaran dan kejayaan, bermakna sebagai masyarakat yang komunikatif dan
informatif dimana senantiasa mengikuti perkembangan zaman namun tetap
terkendali oleh norma norma agama, adat dan budaya bangsa. Gung/Talo
Balak terbuat dari logam campuran (kuningan, tembaga dan besi) yang
merupakan salah satu bagian dari unti musik kulintang/kelintang
F. Jukung/Jung Perahu khas
Lampung dengan orang diatasnya dimaksudkan sebagai simbol sarana
transportasi untuk melambangkan Kota Bandar Lampung sebagai kota
perdagangan dan orang yang melambangkan jasa sehingga secara keseluruhan
bermakna Kota Bandar Lampung sebagai sebuah kota yang menyediakan
perdagangan dan jasa. Jukung/Jung merupakan alat angkut di perairan
(laut dan sungai) untuk mengangkut orang atau barang. Dibuat dari kayu
lumas yang disambung dengan papan memakai atap dan bercadik dari bambu,
untuk menggerakkannya selain dengan pengayuh juga dengan tiang-tiang
layar
G. Tulisan RAGOM GAWI merupakan
motto daerah yang merupakan semboyan kerja yang bermakna bergotong
royong, bekerjasama, bersatu padu dalam menggerakkan roda pembangunan
dengan hati yang tulus ikhlas dan pantang menyerah dalam bekerja dan
pengabdian terhadap masyarakat, bangsa dan Negara. Ragom Gawi merupakan
motto daerah sebagai semboyan kerja. Secara linguistik cultural terdiri dari dua suku kata yaitu Ragom yang berarti kompak, bersatu, bersama-sama dan Gawi berarti kerja, melaksanakan tugas pengabdian.
H. Setangkai Padi dan Kapas
Bermakna sebagai simbol kesejahteraan yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila
yang mengailhami setiap gairah pembangunan. Padi dan Kapas yang
masing-masing berjumlah 17 (tujuh belas) dan 6 (enam) butir melambangkan hari dan tanggal kelahiran Kota Bandar Lampung (17-6-1682).
Sumber: http://bandarlampungkota.go.id/
0 komentar:
Posting Komentar