Kota Bandar Lampung

Selayang Pandang

GEOGRAFI
Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 50 20’ sampai dengan 50 30’ lintang selatan dan 1050 28’ sampai dengan 1050 37’ bujur timur. Letak tersebut berada pada Teluk Lampung di ujung selatan pulau Sumatera. Berdasarkan kondisi ini, Kota Bandar Lampung menjadi pintu gerbang utama pulau Sumatera tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta dan memiliki peran sangat penting selain dalam kedudukannya sebagai ibu kota Provinsi Lampung juga merupakan pusat pendidikan, kebudayaan dan perekonomian bagi masyarakat. Secara administratif batas daerah Kota Bandar Lampung adalah:



  • Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Ketibung serta Teluk Lampung.
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
  • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.
  Selain daripada itu, Kota Bandar Lampung memiliki andil yang sangat vital dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya serta memiliki Pelabuhan Panjang untuk kegiatan ekspor impor dan Pelabuhan Srengsem yang melayani distribusi batubara dari Sumatera ke Jawa , sehingga secara langsung Kota Bandar Lampung berkontribusi dalam mendukung pergerakan ekonomi nasional. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah  197,22 km²  yang terbagi  ke dalam 13 Kecamatan dan 98 Kelurahan dengan populasi penduduk 879.651 jiwa (berdasarkan sensus 2010), kepadatan penduduk sekitar 8.142 jiwa/km² dan diproyeksikan pertumbuhan penduduk mencapai 1,8 juta jiwa pada tahun 2030.    

TOPOGRAFI
Topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut :
  • Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau di bagian Selatan
  • Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di bagian Utara
  • Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara
  • Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di bagian Timur.
Dilihat dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan Rajabasa merupakan wilayah dengan ketinggian paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yaitu berada pada ketinggian maksimum 700 mdpl. Sedangkan Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian masing-masing hanya sekitar 2 – 5 mdpl atau kecamatan dengan ketinggian paling rendah/minimum dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung.  

HIDROLOGI
Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil. Semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung. Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota Bandar Lampung dapat dibagi dalam beberapa bagian berdasarkan pourusitas dan permaebilitas yaitu:
  • Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk Betung Selatan, dan Teluk Betung Barat.
  • Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton, Tanjung Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan Kemiling, bagian selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Sukabumi.
  • Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di bagian utara Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.
  • Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur.
  • Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara Kecamatan Panjang, Tanjung Karang Timur, dan bagian barat Kecamatan Teluk Betung Selatan.
  • Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.
  Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung terbagi ke dalam 6 wilayah, sebagai berikut :
ZONA
KATEGORI RESAPAN
WILAYAH
I
Recharge Area
Kemiling dan Teluk Betung Barat
II
Area Penyangga
Kecamatan Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Timur, Panjang, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan Teluk Betung Selatan.
III
Resapan Rendah
Kedaton, Sukarame, Tanjung Karang Barat
IV
Resapan Sedang
Tanjung Karang Pusat, Sukabumi, Tanjung Karang Timur
V
Resapan Tinggi
Sukabumi dan Sukarame
VI
Kawasan Dipengaruhi Air Laut
Pesisir Teluk Lampung, Teluk Betung Selatan, Panjang, Teluk Betung Barat
Sumber: Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Bandar Lampung, 2010  


POTENSI KOTA BANDAR LAMPUNG

A. Kota Yang Prospektif
Kota Bandar Lampung memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi kota besar dalam skala regional, nasional, bahkan internasional. Potensi kota Bandar Lampung yang mendukung antara lain adalah
(1) Lokasi geografis yang sangat strategis,
(2) Kedudukan yang dituju dalam kebijaksanaan tingkat nasional dan regional,
(3) Pemandangan alam yang indah yang dapat dimanfaatkan untuk menarik wisatawan,
(4) Keanekaragaman suku bangsa (multi ethnic), dan
(5) Dukungan wilayah sekitarnya (hinterland) yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan kota Bandar Lampung.
Berbagai potensi yang dimiliki Bandar Lampung serta hinterland-nya, yang sebagian telah diakomodasikan dalam kebijaksanaan dan rencana baik lingkup nasional, regional maupun lokal, menggambarkan masa depan kota Bandar Lampung yang prospektif.
Antisipasi yang bersifat proaktif menjadi kebutuhan utama dalam mendorong dan mengendalikan perkembangan kota Bandar Lampung, di mana tidak lagi memadai apabila dalam menyongsong tahun 2015 semata mengandalkan kecenderungan perkembangan kota Bandar Lampung secara berdiri sendiri sehingga perlu didorong menuju kondisi yang kompetitif, baik pada skala internasional, nasional, maupun regional.
Posisi geografis mengantar Bandar Lampung untuk meraih peluang menjadi salah satu pusat pertumbuhan yang berperan dalam sistem ekonomi regional IMS-GT maupun menjadi bagian dari koridor kegiatan ekonomi Indonesia yang terbesar, yaitu Sumatera Selatan – Lampung – Banten – Jabotabek. Dalam konstelasi ruang perekonomian tersebut, Bandar Lampung berpeluang mengisi fungsi-fungsi ekonomi secara selektif dan kompetitif, terutama dalam sistem pusat-pusat pertumbuhan yang ada.
Peningkatan akses yang strategis bagi aliran barang adalah melalui pengembangan Pelabuhan Panjang. Pelabuhan ini yang diharapkan menjadi pelabuhan ekspor-impor terbesar di Sumatera bagian Selatan harus memanfaatkan peluang dari limpahan daya tampung Tanjung Priok, bahkan menciptakan pelayanan yang bersaing dengan Pelabuhan Bojonegara dan Palembang hingga menjadi alternatif pilihan bagi aliran barang ke dan dari negara lain.
Dalam sektor ekonomi, kota Bandar Lampung memiliki peluang yang besar untuk memantapkan diri menjadi pusat perdagangan dan jasa pada skala Sumatera bagian Selatan.
Sejalan dengan aktifitas ekspor-impor dan perdagangan antar-pulau, Bandar Lampung memiliki peluang untuk menjadi pusat perdagangan hasil pertanian dan industri dari Sumatera bagian Selatan maupun yang didatangkan dari daerah luar. Hinterland Bandar Lampung pada waktu ini telah berperan sebagai pemasok hasil perkebunan, peternakan dan perikanan yang diunggulkan, terutama komoditi gula, kopi, lada, kelapa, daging segar dan udang.
Juga terlihat kecenderungan tumbuhnya kegiatan agroindustri menuju sentra agroindustri andalan di pulau Sumatera. Hal ini memberikan peluang bagi Bandar Lampung untuk menyediakan fasilitas perdagangan dan jasa bisnis seperti perbankan, perkantoran, dan sebagainya.  
Sektor lainnya yang prospektif bagi Bandar Lampung adalah pariwisata, baik dalam rangka menunjang pembangunan pariwisata di Sumatera bagian Selatan maupun mendayagunakan potensi keindahan alam Bandar Lampung.
Pengembangan obyek wisata pantai dan laut serta perbukitan dalam kota Bandar Lampung menciptakan daya tarik bagi wisatawan mancanegara maupun nusantara. Kelengkapan yang dapat dipersiapkan oleh Bandar Lampung adalah penyediaan prasarana dan jasa pariwisata seperti perhotelan, agen perjalanan, perbankan, dan infrastruktur pendukung lainnya.
Berbagai peluang perkembangan yang prospektif juga membawa prasyarat agar kehidupan kota yang diharapkan dapat tercapai. Pertama adalah restrukturisasi trend perkembangan fisik dan kedua adalah penciptaan iklim yang kondusif bagi perkembangan kota Bandar Lampung.
Selain penyediaan prasarana dan sarana pendukung kegiatan ekonomi; penyiapan kebijaksanaan, peraturan, dan program pembangunan menuju pemantapan Bandar Lampung dalam memanfaatkan peluang ekonomi yang ada;  perlu disiapkan pula sumber daya manusia yang menunjang perkembangan ekonomi tersebut.  

B. Pusat Pertumbuhan
Sebagai pusat kegiatan Provinsi Lampung, sekitar 12,4% penduduk Provinsi Lampung berada di kota Bandar Lampung. Berbagai pelayanan bagi wilayah yang lebih luas disediakan oleh Kota Bandar Lampung, baik di bidang pemerintahan, niaga, jasa keuangan, pendidikan, dan sebagainya. Peran sebagai pusat pertumbuhan ditunjang oleh rencana peningkatan aksesibilitas dari dan ke Kota Bandar Lampung.
Dalam mewujudkan tercapainya mekanisme sistem pusat pertumbuhan di Provinsi Lampung, telah terdapat tiga jalur lintas Sumatera, yaitu :
  • Jalur Tengah, mulai Pelabuhan Bakauheni – Bandar Lampung – Kotabumi dan selanjutnya ke Muara Enim.
  • Rencana Jalur Lintas  Barat, mulai dari Bandar Lampung – Kota Agung – Liwa dan selanjutnya ke Provinsi Bengkulu.
  • Rencana Jalur Lintas Timur, mulai Pelabuhan Bakauheni – Menggala – Kayu Agung dan seterusnya hingga ke Palembang.
Kesemuanya melintasi Bandar Lampung. Di samping itu, Bandar Lampung siap berfungsi sebagai transhipment point dari berbagai moda angkutan. Hal ini didukung oleh berbagai rencana pengembangan dalam sistem transportasi regional. Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera akan memperlancar aliran pergerakan penumpang dan barang antar pulau Jawa dan Sumatera.
Pelabuhan Panjang melengkapi sistem angkutan antar-moda bagi seluruh Provinsi Lampung dan Sumatera bagian Selatan. Gagasan jaringan kereta api Trans Sumatera menjadi salah satu alternatif sarana pergerakan antar-moda. Adanya rencana pembangunan jaringan jalan tol ke arah Palembang juga akan turut mendukung kelancaran aksesibilitas tersebut.  
Kecenderungan perkembangan menunjukkan proses relokasi kegiatan ekonomi dari Pulau Jawa bagian Barat ke Lampung. Bahkan untuk beberapa sektor ditetapkan kebijaksanaan menjadikan Lampung sebagai basis produksi nasional. Hal ini menjadikan Bandar Lampung potensial sebagai pusat distribusi barang dan jasa untuk wilayah Sumatera bagian Selatan.  

C. Pusat Koleksi Dan Distribusi
Dengan lokasi yang strategis secara geografis, ketersediaan akses yang memadai, dan jalur transportasi yang mendukung serta kelengkapan fasilitas penunjangnya, menjadikan kota Bandar Lampung potensial sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai barang dan jasa.
Perkembangan sektor ekonomi, khususnya pertanian di wilayah Provinsi Lampung maupun Sumatera bagian Selatan, mendorong fungsi Bandar Lampung sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai komoditi yang dihasilkan oleh wilayah belakangnya.
Fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai komoditi yang dihasilkan oleh Sumatera bagia Selatan dilangsungkan oleh rencana pengembangan jaringan jalan told an kereta api, jaringan jalan Trans Sumatera, serta rencana pengembangan Pelabuhan Panjang.
Kelengkapan fasilitas yang tersedia di kota Bandar Lampung juga mendukungnya sebagai pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa pada berbagai skala pelayanan.  

D. Aksesbilitas yang Semakin Baik
Kecenderungan pergerakan Pulau Jawa-Sumatera yang memberikan indikasi peranan penting kegiatan sosial dan ekonomi keduanya menempatkan Provinsi Lampung pada posisi sentral. Sejak tahun 1996, jumlah arus lalu lintas antara Pulau Jawa dan Sumatera melalui pelabuhan Merak-Bakauheni menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat.
Kota Bandar Lampung sebagai pusat pertumbuhan akan memperoleh pengaruh yang signifikan dari pergerakan tersebut melalui kemungkinan peningkatan investasi di sektor regional, nasional, dan internasional. Bandar Lampung akan menjadi salah satu alternatif pilihan setelah Jakarta, Banten dan Jawa Barat.
Untuk menampung peningkatan arus pergerakan dan mengatasi persoalan lalu lintas yang selama ini ada, pemerintah telah merencanakan membangun jembatan Selat Sunda untuk menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera.
Mega-proyek ini sangat prospektif karena pertumbuhan aliran penumpang dan barang antar kedua pulau tersebut sangat tinggi, selama hamper satu dekade meningkat hingga 100%. Rencana pembangunan jembatan ini akan memberikan dampak pada peningkatan aksesibilitas dan berlanjut pada peningkatan aliran pergerakan orang dan barang antara Pulau Jawa dan Sumatera.
Pembangunan jembatan Selat Sunda ini akan menggantikan peran transportasi laut yang selama ini dilakukan oleh kapal penyeberangan melalui Pelabuhan Merak-Bakauheni.
Jembatan ini direncanakan memiliki panjang 60 km dan melintasi beberapa pulau kecil di Selat Sunda, antara lain Pulau Panjurit, Pulau Rimau Balak, Pulau Kandang Lunik, dan Pulau Sindu.
Walaupun perspektif waktu pembangunan jembatan Selat Sunda berjangka panjang, namun rencana jembatan tersebut menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam perkembangan Kota Bandar Lampung. Untuk mendukung pergerakan antara Pulau Jawa dan Sumatera direncanakan pembangunan prasarana transportasi darat mencakup jaringan jalan arteri primer, jalan tol dan kereta api.
Jalan tol direncanakan di bagian timur kota Bandar Lampung ke arah Palembang sebagai kelanjutan jalur Jawa – Sumatera. Arteri primer sebagai bagian Trans Sumatera dilengkapi jalur Lintas Barat dan Lintas Timur ke Provinsi Bengkulu dan ke Sumatera Selatan.
Gagasan pembangunan jalur kereta api Trans Sumatera hingga Sumatera Utara akan berada pada sisi pantai Timur. Bandar Lampung sebagai salah satu pusat jaringan pergerakan nasional melengkapi dirinya dengan pembangunan Pelabuhan Panjang yang diarahkan sebagai pelabuhan ekspor-impor dan antar-pulau. Kondisi fisik perairan pelabuhan memungkinkan pengembangan sebagai gerbang internasional.  

E. Pengembangan Transhipment Point Akibat Perkembangan Akses
Peran Bandar Lampung sebagai pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa didukung oleh Pelabuhan Panjang yang telah diminati oleh berbagai pihak untuk dikembangkan sebagai pelabuhan antar Negara, terutama dalam konteks region Sumatera bagian Selatan.
Peranan yang dituju oleh pelabuhan ini adalah sebagai pelabuhan ekspor bagi komoditi dan produk yang dihasilkan oleh Sumatera bagian Selatan. Pilihan ini mempertimbangkan posisi strategis Pelabuhan Panjang sebagai gerbang lintas dua kawasan ekonomi penting yaitu Sijori (Singapura-Johor-Riau) dan pusat pasar nasional Jakarta dan Jawa Barat bagian Barat, terutama dalam mengisi kerjasama ekonomi regional IMS-GT.
Untuk mendukung peran Pelabuhan Panjang sebagai pintu gerbang ekspor-impor bagi Sumatera bagian Selatan, perlu dibangun berbagai saran dan prasarana penunjang, di antranya adalah pembangunan terminal peti kemas dan curah yang kompetitif terhadap pelabuhan lainnya seperti Tanjung Priok, Bojonegara, dan Palembang serta mendorong pertumbuhan investasi di bidang jasa kargo.


Sejarah Bandar Lampung 

A.     Zaman Pra Kemerdekaan Indonesia
Wilayah Kota Bandar Lampung pada zaman kolonial Hindia Belanda termasuk wilayah Onder Afdeling Telokbetong yang dibentuk berdasarkan Staatsbalat 1912 Nomor : 462 yang terdiri dari Ibukota Telokbetong sendiri dan daerah-daerah disekitarnya. Sebelum tahun 1912, Ibukota Telokbetong ini meliputi juga Tanjungkarang yang terletak sekitar 5 km di sebelah utara Kota Telokbetong (Encyclopedie Van Nedderland Indie, D.C.STIBBE bagian IV).
Ibukota Onder Afdeling Telokbetong adalah Tanjungkarang, sementara Kota Telokbetong sendiri berkedudukan sebagai Ibukota Keresidenan Lampung. Kedua kota tersebut tidak termasuk ke dalam Marga Verband, melainkan berdiri sendiri dan dikepalai oleh seorang Asisten Demang yang tunduk kepada Hoof Van Plaatsleyk Bestuur selaku Kepala Onder Afdeling Telokbetong.
Pada zaman pendudukan Jepang, kota Tanjungkarang-Telokbetong dijadikan Si (Kota) dibawah pimpinan seorang Sicho (bangsa Jepang) dan dibantu oleh seorang Fuku Sicho (bangsa Indonesia).

B.     Zaman Pasca Kemerdekaan Indonesia
Sejak zaman Kemerdekaan Republik Indonesia, Kota Tanjungkarang dan Kota Telokbetong menjadi bagian dari Kabupaten Lampung Selatan hingga diterbitkannnya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yang memisahkan kedua kota tersebut dari Kabupaten Lampung Selatan dan mulai diperkenalkan dengan istilah penyebutan Kota Tanjungkarang-Telukbetung.
Pada perkembangannya selanjutnya, status Kota Tanjungkarang dan Kota Telukbetung terus berubah dan mengalami beberapa kali perluasan hingga pada tahun 1965 setelah Keresidenan Lampung dinaikkan statusnya menjadi Provinsi Lampung (berdasarkan Undang-Undang Nomor : 18 tahun 1965), Kota Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung dan sekaligus menjadi ibukota Provinsi Lampung.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1983, Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung (Lembaran Negara tahun 1983 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3254). Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 tahun 1998 tentang perubahan tata naskah dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II se-Indonesia yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Walikota Bandar Lampung nomor 17 tahun 1999 terjadi perubahan penyebutan nama dari “Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung” menjadi “Pemerintah Kota Bandar Lampung” dan tetap dipergunakan hingga saat ini.

C.     Hari Jadi Kota Bandar Lampung
Hari jadi kota Bandar Lampung ditetapkan berdasarkan sumber sejarah yang berhasil dikumpulkan, -terdapat catatan bahwa berdasarkan laporan dari Residen Banten William Craft kepada Gubernur Jenderal Cornelis yang didasarkan pada keterangan Pangeran Aria Dipati Ningrat (Duta Kesultanan) yang disampaikan kepadanya tanggal 17 Juni 1682 antara lain berisikan: “Lampong Telokbetong di tepi laut adalah tempat kedudukan seorang Dipati Temenggung Nata Negara yang membawahi 3.000 orang” (Deghregistor yang dibuat dan dipelihara oleh pimpinan VOC halaman 777 dst.)-, dan hasil simposium Hari Jadi Kota Tanjungkarang-Telukbetung pada tanggal 18 November 1982 serta Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1983 tanggal 26 Februari 1983 ditetapkan bahwa hari Jadi Kota Bandar Lampung adalah tanggal 17 Juni 1682.

D.    Para Walikota Bandar Lampung
Sampai saat ini, tercatat sudah 11 orang putra terbaik Lampung menjadi pemimpin di Kota Bandar Lampung, sebagaimana tabel berikut ini :

NO
NAMA
PERIODE
1.
SUMARSONO
1956 – 1957
2.
H. ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM
1957 – 1963
3.
ALIMUDIN UMAR, SH
1963 – 1969
4.
Drs. H.M. THABRANIE DAUD
1969 – 1976
5.
Drs. H. FAUZI SALEH
1976 – 1981
6.
Drs. ZULKARNAIN SUBING
1981 – 1986
7.
Drs. NURDIN MUHAYAT
1986 – 1991
8.
Drs. SUHARTO
1996 – 2005
9.
Drs. EDDY SUTRISNO, M.Pd.
2005 – 1010
10.
Drs. H. HERMAN HN, MM
2010 – Sekarang

Logo 

Logo Kota Bandar Lampung bermakna membina persatuan dan kesatuan dengan penuh kesetiaan untuk mempertahankan dasar Negara Pancasila guna bersama-sama mewujudkan kota perdagangan dan jasa yang aman, nyaman, sejahtera, makmur, berbudaya, religius dan maju untuk kesejahteraan, kemakmuran dan kejayaan Kota Bandar Lampung. Logo Kota Bandar Lampung berbentuk sebuah pita yang melingkar bersudut lima yang telah dimodifikasi sehingga terdapat lekuk garis pada sisi dan sudutnya, dibagian atas terdapat tulisan KOTA dan bagian bawah BANDAR LAMPUNG. Pada bagian dalam Logo Daerah, terdapat perisai bersudut lima yang telah dimodifikasi dengan membuat garis lengkung untuk menghubungkan antara sudut dengan sudut lainnya yang didalamnya terdapat gambar :
  1. Payung Raja yang terdiri dari 3 susun secara bertingkat;
  2. Siger;
  3. Gung/Talo Balak;
  4. Jukung/Jung, Perahu khas Lampung dengan orang diatasnya dan terdapat tulisan RAGOM GAWI yang dilengkapi Aksara Lampung sebagai Moto Daerah;
  5. Setangkai Padi dan Kapas.
  Logo Daerah tersusun atas bagian-bagian yang mempunyai makna sebagai berikut :  
A.     Pita yang melingkar bergaris tepi hitam dan berwarna kuning emas Memiliki makna persatuan, kebesaran dan kejayaan.  
B.     Perisai bersudut lima Perisai bersudut lima dengan bagian atas berwarna putih, bagian bawah berwarna biru dan berlandaskan warna hitam memiliki makna Kota Bandar Lampung yang meliputi daratan dan lautan tegak berdiri diatas landasan yang teguh dan kokoh dengan masyarakat berwawasan luas dan berpedoman pada senggiri lampung yang telah mengakar yaitu, Pi’il Senggiri, Sakkai Sambayan, Nengah Nyappur, Nemui Nyimah dan Bejuluk Beadek.  
C.     Payung Raja Tiga Tingkat Secara keseluruhan Payung Raja Tiga Tingkat bermakna Kota Bandar Lampung memegang teguh tiga tatanan sebagai pedoman hidup bermasyarakat yaitu hukum Agama, hukum Negara dan hukum Adat, tempat semua masyarakat Kota Bandar Lampung berlindung, secara detail simbol ini memiliki makna :
  • Payung warna putih : sebagai simbol kepemimpinan/kepenyimbangan, kesucian jiwa, ketulusan dan keagungan, ketiganya telah terpateri dalam nilai-nilai keadatan suku Lampung
  • Payung warna kuning : sebagai simbol berjiwa besar, berjiwa sosial berjiwa kemasyarakatan
  • Payung warna merah : sebagai simbol sikap hidup dengan ketegasan berperilaku, berpikir dan bertindak dalam mengawal pi’il pesenggiri berpegang teguh pada tradisi dan hukum adat sebagai identitas orang Lampung
  • Jumlah ruas payung  : warna putih 8 buah, warna kuning 17 buah, warna merah 19 buah dan  ruas payung agung seluruhnya 45 buah melambangkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (17-8-1945)
  • Satu bulatan pada puncak payung  : bermakna satu cita membangun Daerah, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Ridho Tuhan Yang Maha Esa.
  D.    Siger berwarna kuning emas Merupakan simbol mahkota yang melambangkan kebesaran, kemewahan, keagungan, berbudi pekerti dan berbudaya meskipun ditengah kota yang beragam etnis suku dan agama. Siger ditandai pada bagian muka dan belakang yang berlekuk beruji 9 buah. Ruji yang paling tengah merupakan paling tinggi, sedangkan yang paling pinggir melengkeng seperti ujung tanduk atau perahu. Lambang Siger ini menjadi simbolisasi sifat feminism, yang bermakna Kota Bandar Lampung menjadi “IBU” bagi masyarakatnya, yang mengayomi dan memakmurkan dengan kesuburan dan berbagai potensi yang berada dalam kendungannya, serta ramah terhadap setiap tamu serta para pendatang.  
E.     Gung/Talo Balak Merupakan alat musik tradisional masyarakat Lampung berwarna emas melambangkan kebesaran dan kejayaan, bermakna sebagai masyarakat yang komunikatif dan informatif dimana senantiasa mengikuti perkembangan zaman namun tetap terkendali oleh norma norma agama, adat dan budaya bangsa. Gung/Talo Balak terbuat dari logam campuran (kuningan, tembaga dan besi) yang merupakan salah satu bagian dari unti musik kulintang/kelintang  
F.     Jukung/Jung Perahu khas Lampung dengan orang diatasnya dimaksudkan sebagai simbol sarana transportasi untuk melambangkan Kota Bandar Lampung sebagai kota perdagangan dan orang yang melambangkan jasa sehingga secara keseluruhan bermakna Kota Bandar Lampung sebagai sebuah kota yang menyediakan perdagangan dan jasa. Jukung/Jung merupakan alat angkut di perairan (laut dan sungai) untuk mengangkut orang atau barang. Dibuat dari kayu lumas yang disambung dengan papan memakai atap dan bercadik dari bambu, untuk menggerakkannya selain dengan pengayuh juga dengan tiang-tiang layar  
G.    Tulisan RAGOM GAWI merupakan motto daerah yang merupakan semboyan kerja yang bermakna bergotong royong, bekerjasama, bersatu padu dalam menggerakkan roda pembangunan dengan hati yang tulus ikhlas dan pantang menyerah dalam bekerja dan pengabdian terhadap masyarakat, bangsa dan Negara. Ragom Gawi merupakan motto daerah sebagai semboyan kerja. Secara linguistik cultural terdiri dari dua suku kata yaitu Ragom yang berarti kompak, bersatu, bersama-sama dan Gawi berarti kerja, melaksanakan tugas pengabdian.  
H.    Setangkai Padi dan Kapas Bermakna sebagai simbol kesejahteraan yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila yang mengailhami setiap gairah     pembangunan. Padi dan Kapas yang masing-masing berjumlah 17 (tujuh belas) dan 6 (enam) butir melambangkan hari dan tanggal kelahiran Kota Bandar Lampung (17-6-1682).
  

0 komentar:

Posting Komentar